W7mQLprqVQCi3tVCpPNyPSxFeYFCp5Up0iG8r9Ay

5 Cara Mendisiplinkan Anak yang Keliru

Sebagai guru SD, tantangan terbesar yang sering dihadapi bukanlah mengajarkan materi pelajaran. Tapi bagaimana caranya mendidik anak supaya memiliki akhlak, dan mendapatkan pendidikan karakter yang baik. Mengajarkan disiplin pada anak dapat  dilakukan saat anak berusia SD. Disiplin bertujuan untuk mengajarkan anak agar mampu menghindari kesalahan dan meminimalisir hukuman atas perilaku anak yang tidak baik. 

Beda guru biasanya beda pula cara mendisiplinkan anak didiknya. Namun, beberapa guru kadang kerap tidak menyadari kalau cara yang dipakainya sebernarnya keliru saat berupaya membuat anakn didikya patuh dan nurut. Alih-alih anak-anak nurut, dengan cara disiplin yang keliru tersebut justru malah akan membuat anak jadi cenderung melawan atau malah mengabaikan guru. Apa saja cara mendisiplinkan anak yang sebenarnya keliru tersebut? Berikut ini yang akan kita bahas:

1.  Sambil berteriak-teriak atau membentak

Mayoritas guru kerap meninggikan suaranya ketika sedang berusaha mendidiknya agar bisa disiplin. Pasti setidaknya saya pun pernah berteriak terhadap anak didik ketika si anak tidak patuh, atau udah melakukan perbuatan yang tidak baik. Namun meneriaki anak seperti itu sebenarnya tidak akan membantunya menjadi disiplin. Ketika guru berteriak-teriak atau membentak anak, pesan apa pun yang disampaikan tidak akan mampu dipahami anak. Karena ketika mendapatkan bentakan seperti itu, anak akan merasa diselimuti dengan rasa takut dan sakit hati. Sehingga, bukannya memahami kata-kata dan arahan dari guru, anak justru merasa tersakiti perasaannya, sibuk bertanya sendiri seraya berpikir mengapa gurunya bisa tega menyakiti perasaannya, padahal sesungguhnya anak belum mengerti apa yang salah dari perbuatannya.

2. Sambil mengomel atau menceramahi panjang lebar

Kadang, ada juga guru yang memiliih cara untuk mendisiplinkan anak dengan cara memberikan ceramah yang panjang lebar dengan nada menyalahkan dan penuh tuntutan kepada anak. Padahal sebenarnya, ceramah yang terlalu panjang hanya akan membuat anak-anak jadi merasa bosan dan cenderung tidak memberikan efek jera apapun. Maka bila guru ingin mendisiplinkan anak lewat kata-kata, sebaiknya sampaikan secara padat, singkat, dan jelas. Sebaiknya sampaikan secara jelas apa yang diinginkan guru dan perilaku apa yang sebaiknya dilakukan oleh anak. Karena pernyataan dari guru yang jelas, lebih gampang diingat dan dipatuhi oleh anak. Misalnya, ketika kelas dimulai dan guru mengajak anak menukarkan buku PR agar dapat mengoreksi tugas yang diberikan bersama-sama. Kemudian kelas akan jadi gaduh, karena anak akan saling bertanya tugas miliknya benar atau salah. Sebaiknya sampaikan dengan jelas,  “Yuk, tanggung jawab dengan buku yang dikoreksi masing-masing, nggak perlu bertanya dan nggak perlu ngasih tau teman yang dikoreksi.”

3. Mengancam anak

Tak jarang juga secara tidak sadar guru mengancam anak didiknya jika tidak menurut. Sebenarnya emang boleh mengancam, tapi tidak dilakukan dengan teramat sering. Jika guru memberi anak-anak ancaman secara berulang tanpa melakukan tindak lanjut ancaman tersebut, maka anak akan menganggap bahwa gurunya tidak serius. Guru baru boleh memberikan ancaman ketika guru berniat mengambil hak istimewa dari konsekuensi negatif yang sudah anak lakukan. Misalnya melarang mengobrol di kelas ketika tidak mau belajar. 

4. Menggunakan kekerasan

Senakal apa pun anak, melakukan kekerasan bukanlah solusi. Anak belajar berperilaku dari orangtua, guru dan lingkungan di sekitarnya. Jadi kalau guru menggunakan kekerasan dalam mendidik, yang akan dicontoh anak adalah bagaimana cara guru menggunakan kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah. Selain itu anak juga akan meniru gurunya yang tidak mampu mengendalikan diri ketika sedang emosi. Karena, anak yang dididik dengan kekerasan yang penuh hanya justru akan lebih sulit diajarkan kedisiplinan. Anak tak akan menghormati aturan yang diberikan guru dan mengetahui batasan perilaku yang sebaiknya dilakukannya. Akibat yang kemudian dapat diterima anak akan terus-terusan melakukan kesalahan dan pelanggaran aturan, apalagi tanpa sepengetahuan guru.

5. Mempermalukan anak

Satu hal yang sangat fatal dan sebaiknya dihindari adalah pada saat mendisiplinkan anak sampai membuatnya malu. Misalnya anak membuat kegaduhan di dalam kelas. Jangan sampai menghukumnya dengan cara memarahi anak di depan semua orang, apalagi dengan suara yang keras. Guru sebaiknya tidak memberikan hukuman kepada anak dengan cara yang membuat anak kehilangan harga diri, misalnya menampar wajah anak atau memaki anak dengan kata-kata yang tidak pantas  dan terdengar kasar. 

Sering kali anak sebenarnya tak  tahu kalau perbuatan yang dilakukannya itu salah seberapa pun besar kesalahannya. Guru harus dapat melihat dengan kacamata anak-anak, jangan selalu membuat asumsi bahwa anak seharusnya mengerti kalau perbuatan yang dilakukanya adalah salah. 

Anak pasti akan melanggar aturan atau berbuat keliru karena beragam alasan. Maka fokuskan perhatian guru pada alasan itu, lalu berikan arahan yang benar dengan  menggunakan kata-kata yang jelas, yang dapat dipahami oleh usia anak-anak. Nah, itu dia beberapa informasi mengenai cara mendisiplikan anak yang keliru.

Semoga kita bermanfaat dan dapat menjadi referensi untuk kita, karena selain guru, cara mendidik yang keliru juga kerap dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya. Selamat mencoba semoga bisa membantu permasalahan dalam pola parenting ini.

Post a Comment